Sabtu, 15 November 2014

NASKAH DRAMA kelas X kelompok PW_ K'13



Lutung Kasarung

Alkisah, di daerah Jawa Barat terdapat seorang raja yang arif dan bijaksana. Ia bernama Prabu Tapa Agung yang bertahta di kerajaan Pasir Batang. Sang Prabu memiliki tujuh orang putri yang cantik jelita, dari ketujuh putri lima diantara mereka telah dipersunting dan menjadi permaisuri di kerajaan lain. Kini tinggal Purbararang dan Purbasari yang belum dipersunting, namun purbararang sudah memiliki tunangan yang gagah dan tampan, bernama Raden Indrajaya ia adalah putra dari seorang mentri kerajaan.
Dalam beberapa hari terakhir Prabu Tapa Agung terlihat sering duduk termenung sendirian diatas singgasananya, seperti ada masalah yang membebani pkiranya. Melihat hal itu sang permaisuri mencoba menghibur dan membujuknya.

Permaisuri         : “ Kanda sudah beberapa hari ini kanda terkihat murung, apa yang Kanda pikirkan?  Bicaralah kanda siapa tahu dinda dapat membantu.”
Prabu                 : “  Kanda sudah semakin tua Dinda, Kanda tidak dapat lagi melaksanakan tugas kerajaan dengan baik, Kanda ingin turun tahta, tapi Kanda bingung Dinda.”
Permaisuri       : “ Bingung kenapa Kanda, Katakanlah Kepaa Dinda.”
Prabu               : “ Aku bingung siapa yang pantas menggantikan Ku Dinda diantara kedua putri kita.”
Permaisuri       : “ Kalau begitu kenapa tidak memilih Purbararang saja Kanda, Bukankah Hukum disini yang pantas menggantikan Kanda adalah putri tertua?”
Prabu               : “ Dinda aku merasa putri sulungku itu belum pantas menggantikanku.”
Permaisuri       : “Kenapa belum pantas? Adakah hal yang membuatnya belum pantas kanda?”
Prabu                 : “Sifatnya yang sombong angkuh dan licik yang membuatnya belum pantas dan juga Ia sering mengambil keputusan tanpa memikirkan akibatnya, sehingga menimbulkan kekacauan.
Permaisuri       : “Lalu, bagaimana menurut Kanda, jika Purbasari yang menggantikan?”
Prabu                           : “Aku juga berpikir akan lebih baik jika Purbasari yang menggantikanku karena sifatnya yang arif, baik hati dan bijaksana” (sambil duduk)
Permaisuri       : “Kalau itu menjadi keputusan Kanda Dinda ikut setuju, kalau Purbasari yang akan menggantikan Kanda” (berdiri dari duduk bersama Prabu dan meninggalkan tempat tersebut)
Purbararang     : (bersembunyi dan mendengarkan pembicaraan Prabu dan Permaisuri)
              “Ini semua tidak adil, yang pantas menjadi pengganti Ayahanda adalah aku. Purbasari tidak pantas menggantikan Ayahanda, aku harus menemui Indrajaya. Dia harus tau ini semua” (Keluar dari persembunyian dan menemui Indrajaya)
Setelah mengetahui ini semua, Purbararang pun menyampaikan hal itu pada Indrajaya.
Indrajaya         : “Kanda, Ayahandaku telah pilih kasih, Ia lebih memilih Purbasari untuk menjadi Ratu, padahal Dinda adalah putri tertua.” (marah)
Indrajaya         :” Dinda, hal ini tidak boleh di biarkan! Dindalah yang semestinya menjadi ratu!” (berkata tegas)
Purbararang     : “Apa yang harus kita lakukan Kanda?”
Indrajaya         : “Kita harus menyingkiekan adikmu yang tidak tau diri itu!” (berpikir licik)
Purbararang     : “Bagaimana caranya Kanda?”
Indrajaya         : “Kita gunakan sihir saja.”
Purbararang     : “Baiklah Kanda, kalau itu bisa membuatku menjadi ratu dan menguasai negeri ini.”
Putti Purbararang dan tunanganya memutuskan untuk mendatangi seorang dukun sakti bernama Nyi Ronde.
Purbararang & Indrajaya:” Permisi Nyi. (melihat kekanan dan kekiri tempat dukun sakti itu.”
Nyi Ronde                              : “Silahkan masuk, duduklah anak muda!”
Purbararang & Indrajaya         : “Baik Nyi.”
Nyi Ronde                              : “Anak muda, apa maksud kedatangan kalian kemari?” (sambil komat-kamit membaca mantra)
Indrajaya                                 : “Maksud. Kedatangan kami adalah untuk meminta bantuan Nyi  Ronde.”
Nyi Ronde                              : “Bantuan sperti apa yang kalian mau?”
Purbararang                             :” Aku ingin Nyi Ronde menyihir adik ku Purbasari, agar iIa tidak  naik tahta menjadi ratu!”
Nyi Ronde                              :” Baiklah, akan aku turuti permintaan mu.”
Purbararang & Indrajaya         : “Terimakasih Nyi.”
Nyi Ronde                              : “Sama-sama anak muda, tapi ingat! Kalian harus memberi upeti kepada Nyai yang lebih kalau kalian mau sihir itu berhasil!”
Purbararang                             :” Baik Nyi, semua permintaan Nyai akan saya turuti. Berapapun yang Nyi Ronde minta akan ku beri.”
Nyi Ronde                              : “Ha ha ha, karena itu sudah menjadi kewajiban kalian anak muda.” (tertawa)
Purbararang & Indrajaya         : “Kalau begitu kita pamit Nyi.”        
Nyi Ronde                              :”Iya, silahkan, ha ha ha.” (sambil membaca mantra)
Akhirnya sihirku telah sampai ke Purbasari, tak lama lagi Ia pasti akan mengidap penyakit aneh ha ha ha.”

            Beberapa hari kemudian, istana Pasir Batng digemparkan dengan adanya penyakit aneh yang tiba-tiba menyerang Purbasari. Seluruh tubuhnya terasa sangat gatal dan di penuhi bintik-bintik hitam. Hal ini membuat sang prabu terkejut melihat keadaan sang putri kesayangannya.
Purbasari         : “Ayahanda, mengapa tubuhku terasa gatal sekali, dan muncul bintik hitam?”
Prabu               : “Purbasari Putriku, kenapa tubuhmu seperti ini, duduklah di sisni Putiku Ayahanda akan memanggil tabib istana untuk mengobatimu, Semoga mereka dapat menyembuhkan mu.”
Di panggil lah para tabib istana untuk menyembuhkan penyakit Purbasari.
Prabu               : “tabib, kau ku panggil untuk mengobati putriku. Sembuhkanlah putriku ini dari penyakitnya!”
Tabib 1            : “Baik baginda raja, hamba akan mengobati putri.”(di lihat dan mencoba tuk (menyembuhkan putri)
Prabu               : “Tabib, penyakit apa yang menyerang putriku Purbasari?”
Tabib 1            : “Maafkan hamba baginda raja, hamba tidak tau penyakit apa yang di derita sang putri.”
Prabu               : “apakah kau bisa menyembuhkannya?”
Tabib 1            : “Hamba memohon beribu-ribu maaf baginda, karena hamba tidak dapat menyembuhkan putri.”
Prabu               : “Tabib bagaiman dengan kau apakah kau bisa menyembuhkan putriku?”
Tabib               : “Akan hamba coba baginda.” (memandang putri dan membaca doa)
Prabu               : “Tabib, kenapa kau lama sekali? Apa yang terjadi dengan putriku?”
Tabib               : “Maaf, baginda raja Saya pun tidak mengetahui apa penyakit sang putri.”
Prabu               : “Lalu, apa kau bisa mengobatinya?”
Tabib               : “Maaf baginda, hamba pun tidak dapat mengobati karena penyakit sang putri sangatlah aneh, dan tidak pernah terjadi sebelumnya.”

Sementara itu, Purbararang tidak menyia-nyiakan kesempatan itu.
Purbararang     : “Ayahanda, apa setidaknya putri Purbasari itu di asingkan ke tempat yang jauh dari istana, karena bisa saja penyakitnya itu menular ke seantero kerajaan, mungkin penyakinya juga diakibatkan karena tidak menuruti hukum adat kerajaan ini, maka para leluhurpun murka dan mengutuk Purbasari, jangan-jangan sebentar lagi kerajaan ini akan di kutuk juga?” (menuduh dan Melirik melihat Purbasari dengan pandangan yang tidak enak)
Prabu               : “Mungkin yang Kau katakan itu benar, jika ini adalah kutukan dari para leluhurmaka aku akan mengasingkan Purbasari ke hutan agar kerajaan bebas dari kutukan.” (terbujuk oleh perkataan Purbararang)
Purbasari         : “Ayahanda, jika itu memang keputusan Mu, aku akan menurutinya.”

Keesokan harinya, sang prabu memerintah patihnya untuk mengantar putri Purbasari dihutan, sang patih menasihati purbasari.
Patih                : “Tabahkanlah hatimu Tuan putri. Cobaan ini akan segera berakhir . semoga Tuhan yang maha kuasa seantiasa melindungi Mu. Paman akan sering datang kemari untuk mengantarkan makanan dan minuman untuk Mu Putri.”
Purbasari         : “Terimakasih Paman, nasehat Paman membuat hati Purbasari menjadi lebih tenang.”
Patih                : “Kalau begitu, hamba pamit Putri.”
Purbasari         : “Iya, paman hati-hati di jalan.”
                       
Sejak saat itu, putri Purbasari tinggal seorang diri di tengah hutan. Untuk menghibur diri, Ia pun jalan-jalan di sekitar pondok. Melihat pemandangan bersenda gurau dengan hewan-hewan yang ada di sana. Tak heran banyak hewan yang menjadi temannya. mereka sering membantu putri mencari buah di hutan.
            Suatu hari, saat putri tengah jalan-jalan di sekitar pondok untuk mencari buah-buahan, sepasang mata tengah memperhatikannya tanpa di sadari ternyata seekor lutung. Lutung pun mendekati Purbasari seketika itu putri takut, terkejut dan melangkah menjauh dari lutung itu.
Purbasari         : “Ampun, lutung. Jangan ganggu Aku.”
Lutung            : “Jangan takut tuan putri. Aku tak akan mengganggu Mu”
Purbasari         : “Kau bisa bicara lutung?”
Lutung            : “Iya, Aku bisa bicara.”
Purbasari         : “Sebenarnya kau siapa? Dan darimana asal Mu?”
Lutung            : “Aku Guramida, putra sunan Ambu dari kahyangan. Aku telah melakukan kesalahan sehingga di buangke bumi dengan bentuk seperti ini. kalau boleh Aku tahu Siapa kamu, dan dari mana asal Mu?”
Mendengar hal itu, hati purbasari menjadi tenag. Ia tersenyum, memperkenal diri dan menceritakan asal usulnya. Merasa senasib, akhirnya merekapun berteman.
Sejak saat itu, Purbasari memanggil si lutung dengan sebutan lutung kasarung. Kemana pun putri pergi lutung selalu menemaninya bahkan Ia sering memetikan buah untuk putri Purbasari.
Purbasari         : “Aku Purbasari, Aku putri seorangraja yang bernama Prabu Tapa Agung yang bertahta di Kerajaan Pasir.”
Lutung            : “Lalu, kenapa kau tinggal du hutan seorang diri?”
Purbasari         : “Aku terkena penyakit yang aneh, sehingga di istana mengira Aku terkena kutukan karena di istana takut terkena penyakit seperti Aku maka aku di asingkan di hutan ini.”

Pada saat malam bulan purnama, secara diam-diam Lutung kasarung pergi di suatu tempat yang sangat sepi, Ia memohon kepada Tuhan agar penyakit Purbasari sembuh.
Lutung            : (bersemedi) “Tuhan Aku ohon kepada Mu, tolong sembuhkanlah penyakit Purbasari.”
Beberapa saat kemudian, doa lutung kasarung di kabulkan tanah di sekitar tempat Ia bersemedi tiba-tiba menjadi telaga kecil airnya sangat jernih, harum dan mengandung obat kulit yang sangat mujarab.
Lutung            : “Terima kasi Tuhan, kau telah mengabulkan doa Hamba.”
Esok harinya ia menemui Purbasari dan memintanya untuk mandi di telaga kecil itu.
Purbasari         : “Hai, lutung kenapa kau membawa Ku kemari?”
Lutung            : “Berceburlah dan mandilah di telaga ini. Niscaya penyakit Mu akan sembuh karena air di telaga ini mengandung obat kulit yang sangat mujarab.”
Purbasari         : “Baiklah lutung, Aku akan mandi di sini.”
Sungguh ajaib tak berapa lama bintik-bintik hitam dikulitnya hilang tanpa meninggalkan bekas.rasa gatal pun tak lagi Ia rasakan.Kulitnya kembali halus dan menjadi cantik seperti sedia kala. Ia sangat heran sekaligus senang dengan apa yang Ia alami.
Purbasari         : “Terimakasih, Tung! Engkau telah menyembuhkan penyakitku”
(heran sambil melihat seluruh tubuhnya)
Lutung                        : “Putri, terimakasih pada Tuhan. Karena hanya Tuhan yang bisa melakukannya, bukan aku”
Sejak itu, Purbasari semakin senang dan sayang kepada Lutung Kasarung. Ia pun makin betah tinggal di hutan itu bersamanya dan hewan lainnya. Hatinya sudah menyatu dengan kehidupan di alam bebas dan melupakan kehidupan istana yang seing membelenggunya, terlebih lagi keberadaan kakak sulungnya, Purbararang.
Purbasari         : “Tung, aku senang dengan kehidupanku saat ini. Aku betah hidup di hutan ini bersamamu. (senang)
Lutung            : “Begitu pula dengan aku Tuan Putri. Hamba juga betah tinggal di sini”
Suatu hari, Patih Uwak Batara Lengser dating ke hutan untuk melihat kondisi Putri Purbasari. Alangkah terkejutnya ia melihat sang putri sudah sembuh, lalu Patih mengajaknya pulang ke istana.
Patih                            : (terkejut) “Ampun Tuan Putri! Sesuai dengan pesan Sang Prabu, Tuan Putri diminta kembali ke istana.
Purbasari         : “Paman, aku tidak akan kembali, aku sudah nyaman di sini”
Lutung                        : “Pulanglah Putri, pasti orang-orang di sana merindukanmu sekaligus khawatir dengan kondisimu.”
Purbasari         : “Baiklah Paman! Aku bersedia kembali ke istana. Tetapi Lutung juga harus ikut, dialah yang telah menyembuhkan penyakitku”
Patih                            : “Baiklah Tuan Putri! Paman kira Sang Prabu akan merasa senang jika Tuan Putri mengajak Lutung Kasarung yang baik hati itu ke istana”
Setiba di istana mereka disambut gembira oleh seluruh keluarga istana, kecuali Purbararang dan Indrajaya karena merasa posisi mereka terancam. Menyadari keadaan itu ia pun membujuk Ayahandanya agar mengadakan sayembara.
Purbararang     : “Ampun Ayahanda! Nanda keberatan bila Putri Purbasari yang dinobatkan menjadi Ratu. Supaya adil, sebaiknya diadakan sayembara. Pemenangnya akan menerima tampuk kerajaan. Sedangkan yang kalah akan menerima hukuman pancung”
Prabu               : “Baiklah aku terima permintaanmu Putri Purbararang”
Dalam sayembara tersebut Purbararang menantang Purbasari untuk mengikuti 2 perlombaan. Yaitu lomba masak dan lomba panjang rambut.
Purbararang     : “Dalam sayembara tersebut ada 2 perlombaan yang harus diikuti oleh Putri Purbasari. Yaitu lomba memasak dan lomba panjang rambut. Apakah kau bersedia melakukannya Putri Purbasari?”
Purbasari         : “Aku bersedia melakukannya karena permintaan Ayahanda”
Lutung                        : “Jangan khawatir Tuan Putri, aku akan selalu membantumu”
Purbasari         : “Terimakasih Lutung”
Pada hari yang telah ditentukan, seluruh rakyat berkumpul di halaman untuk menyaksikan sayembara itu. Selang beberapa waktu ke 2 putri tersebut memasuki arena lomba. Wasit pun memulai perlombaan dan membaca aturan penilaian lomba.
Wasit                           : “Saya di sini sebagai wasit dan saya akan membacakan aturan dalam perlombaan ini”
Purbararang     : “Cepat, kau bacakan saja aturannya”
Wasit                           : “Baik Tuan Putri Purbararang. Perlombaan yang pertama adalah memasak secepat mungkin dengan hasil  masakan yang lezat”
Purbararang     : “Hanya itu saja wasit?”
Wasit                           : “Iya Tuan Putri. Kalau begitu marilah kita mulai lomba lomba sekarang juga” (membunyikan gong tanda lomba dimulai)
Purbararang     : (memasak dengan cepat) “Aku pasti akan menjadi pemenangnya”
Purbasari         : (panik) “Bagaimana ini. Kakakku Purbararang hampir selesai, bisa-bisa dia menjadi pemenangnya”
Melihat hal itu Lutung Kasarung segera mengeluarkan kesaktiannya. Ia memanggil beberapa bidadari agar turun dari kahyangan untuk membantu Purbasari tanpa diketahui oleh seseorang.
Lutung                        : “Hai kau bidadari! Tolong kau bantu Tuan Putri Purbasari agar menjadi pemenang. (sambil komat-kamit membaca mantra)
Bidadari          : Baik Lutung, aku akan membantu Tuan Putri. Pasti dia akan menjadi pemenangnya. (membaca mantra). Jadilah masakan Tuan Putri Purbasari”
Berkat bantuan bidadari, Purbasari dapat menyelesaikan masakannya terlebih dahulu dan rasanya pun lebih lezat. Ia dinyatakan sebagai pemenanng dalam lomba pertama.
Perlombaan kedua dimulai. Wasit pun membacakan aturan dalam perlombaan tersebut, yaitu lomba panjang rambut. Putri Purbararang merasa tak mau kalah lagi oleh adiknya. Dengan percaya diri Ia melepaskan sanggulnya, rambutnya yang hitam dan lebat pun terurai hingga pertengahan betis.
Wasit                           : “Perlombaan kedua akan segera saya mulai, yaitu lomba panjang rambut. Bagi siapa yang rambutnya paling panjang maka itulah yang menjadi pemenangnya dalam perlombaan ke-2. Perlombaan dimulai” (gong dibunyikan)
Purbararang     : “Ayo Purbasari lepaskanlah sanggulmu! Kali ini kau tidak akan mampu mengalahkanku”
Mendengar hal itu, Purbasari hanya bisa diam tertunduk. Dia merasa kurang percaya diri karena rambutnya hanya sebatas punggung.
Purbasari         : “Aku pasti kalah” (berbicara pelan)
Lutung                        : “Kenapa diam saja wahai Tuan Putri?”
Purbasari         : “Lutung, kali ini aku pasti kalah. Rambutku lebih pendek, tidak sampai di punggungku”
Lutung                        : “Tenang Tuan Putri! Aku akan memanggil bidadari untuk menyambung rambutmu”
Sesaat setelah Lutung Kasarung membaca mantra untuk mendatangkan bidadari.
Lutung            : “Bidadari kau aku panggil untuk menyambung rambut Tuan Putri agar memenangkan lomba ini”
Bidadari          : “Baik Lutung, akan aku kerjakan. (membaca mantra) Buatlah rambut Tuan Putri menjadi panjang”
Seketika Purbasari melepas sanggulnya, terurailah rambut yang hitam berkilau, halus bagaikan sutra dan terurailah sampai punggungnya melihat hal itu Purbararang menjadi malu dan terpukul karena kembali di kalahkan oleh adiknya, ia tak kehabisan akal dan membujuk ayahandanya untuk melakukan satu perlombaan lagi yaitu perlombaan ketampanan calon suami.
Purbararang     : “Jika purbasari masih mampu melakukan perlombaan ini aku akan menerima kekalahan ku dan bersedia untuk di hukum pancung.”
Purbasari         : “Aku bersedia.”
Prabu               : “Baiklah, silahkan lanjutkan sayembara ini.”
Pelombaan pun dimulai dengan bangga purbararang masuk kearea perlombaan sambil menggandeng tangan tunangannya.
Purbararang     : “Wahai seluruh rakyat Pasir Batang, lihatlah ketampanan dan kegagahan tunanganku Indrajaya. Akulah yang akan menjadi ratu negeri ini karena tak seorang pun yang mampu mengalahkan ketampanan tunanganku.”
Nyi Ronde      : “Benar kata Mu Purbararang, kau pasti menjadi pemenangnya karena pasangan mu lebih tampan dari pada pasangan Purbasari.”
Tidak hanya Nyi Ronde semua orang yang ada di sana mengakui itu dan beranggapan Purbasari akan kalah karena Purbasari belum menunjukan calon suaminya, sampai akhirnya Ia masuk sambil menarik Lutung kasarung.
Purbasari         : “Ya inilah calon suamiku,
               ya inilah calon suamiku.”
Purbararang     : “hai Purbasari! Apakah tak ada lagi calon suami yang lebih jelek dari lutung itu.”
               (sambil tertawa)
Indrajaya         : “Hehehe, iya benar. Apa tidak ada lagi lelaki selain lutung itu?”
Purbasari         : “Tidak ada, Dialah calon suamiku.”
Mendengar hal itu, lutung tersinggung dan marah Dia tidak terima Purbasari di pandang rendah seperti itu, dengan kesaktianya Ia memohon kepada Tuhan agar wujudnya di kembalikan seperti semula.
Lutung            : “Aku tidak terima kau remehkan seperti itu, Tuhan kembalikan wujudku seperti semula.” (marah dan membaca mantra)
Seketika itu, Lutung kembali seperti semula menjadi laki-laki yang tampan dan gagah. Semua orang pun tercengang melihat ketampanan Lutung Kasarung. Akhirnya Purbasari lah yang menjadi pemenang.
Wasit               : “Dengan ini saya umumkan, bahwa yang menjadi pemenangnya adalah.....
                        Purbasari.”
Warga              : “Wah itu pantas karena calon suami Purbasari amat tampan dan gagah.”
Wasit               : “Dengan itu, Purbararang dan Indrajaya harus menerima hukumanya yaitu di pancung. “
Purbararang     : “Baik kita terima kekalahan kita.”
Indrajaya         : “Baik kita terima kekalahan kita.”
Purbasari         : “Kalian jangan begitu, aku telah memaafkan kalian. Maka kalian tidak perlu menerima hukuman” (berkata dengan bijak)
Purbararang     : “Apakah perkataanmu betul?”
Purbasari         : “Iya Kakak, ini benar”
Purbararang     : “Kalau begitu, maafkan kami yang telah banyak membuat kesalahan padamu”                 
Indrajaya         : “Kalau begitu, maafkan kami yang telah banyak membuat kesalahan padamu”                 
Purbasari         : “Iya, aku sudah maafkan kalian”

Akhirnya mereka semua hidup bahagia, dan kehidupan
istana pun menjadi damai dan sejahtera.


SEKIAN DAN TERIMA KASIH

1 komentar:

  1. Betfair.lv | Deposit bonus up to $500 - Dr.MCD
    Betfair.lv, or you can call 서산 출장안마 them on (866)317-2211, they offer more in-play betting opportunities, as well as 거제 출장마사지 free 전주 출장안마 bet promotions 경상북도 출장마사지 and free 원주 출장안마 spins.

    BalasHapus